Kenyataan Sebuah Mimpi
14-July-2016, 02:18
“KENYATAAN SEBUAH MIMPI sesungguhnya bukanlah dari
terwujudnya mimpi itu, tapi bagaimana ia selalu hidup kembali setiap kali kita
merasa terpuruk dan tanpa arah. Karena Mimpi bukanlah tujuan, ia adalah
kehidupan”
Kita
percaya bahwa segala takdir ada di tangan Tuhan. Tetapi ada takdir yang tidak
bisa kita ubah, ada juga yang dapat kita ubah dengan doa dan usaha. Memiliki
cita-cita, bermimpi, adalah takdir yang kedua.
Jika
saat ini keadaan kita bukanlah kenyataan dari mimpi kita kemarin siang, maka
tetap berdamailah dengan hari ini, karena hanya Tuhan yang memiliki esok kita.
Mencoba selalu mengambil hikmah dari setiap pelajaran kehidupan adalah pesan dari
seorang guru yang pernah aku tidak suka dengannya. Tapi dia adalah guru yang
harus selalu aku dengar ucapannya dan aku hormati.
Mimpi
adalah urusan aku dan Tuhanku. Satu kutipan synopsis dari sebuah buku, “My Life
My Adventure”-Ahmad Rifa’I Rif’an
If
your dream doesn’t scare you, it doesn’t big enough. Satu kata mutiara yang
mungkin temanku dapatkan dari google kemudian ia tempelkan di dinding kamarnya.
Jika
kita meminta/berdoa kepada Tuhan akan suatu mimpi, kemudian Dia belum juga
mengabulkan. Maka sebenarnya Dia hanya menunda hingga kita pantas untuk
mendapatkan mimpi itu dan Dia ingin agar kita terus meminta kepadaNya.
Saat
mimpi terwujud, maka sebenarnya ia bukanlah akhir dari kesuksesan. Terwujudnya
mimpi hanyalah hadiah kecil dariNya atas usaha, doa, dan kesabaran kita dalam
bekerja keras meraihnya. Momen terwujudnya mimpi itu hanya akan terjadi dalam
waktu sekejap. Perasaan “sangat bahagia” itu tidak akan selamanya. Tapi kesan
akan hal itu akan cukup membekas di hati. Sama halnya jika kita mendaki gunung,
tidak mungkin setelah sampai di puncak kita akan selamanya di puncak itu. Saat mencapai
puncak adalah saat “paling” bahagia, seperti saat sebuah mimpi terwujud. Kemudian
selanjutnya kita harus tetap melanjutkan perjalanan dengan aman dan selamat
sampai ke rumah kembali. Lalu mempersiapkan diri lagi untuk pendakian selanjutnya.
Jika
saat ini kita belum memiliki mimpi, maka milikilah saat ini juga! Tidak ada
rugi dan tidak perlu malu. Yang tidak punya mimpi itu yang seharusnya malu.
Tidak perlu membayar untuk membuat sebuah mimpi, tapi kita perlu membayar cukup
besar jika ingin mewujudkannya.
Jika
kita sudah memiliki mimpi. Sudah yakinkah kita bahwa itu adalah mimpi yang
murni kita inginkan? Bukan paksaan atau mimpi milik orang lain. Sudah cukup
takutkah kita dengan mimpi itu? Sudah cukup membuat kita lelahkah memikirkan
bagaimana mewujudkannya? Jika jawabannya adalah ya, maka kita telah bermimpi
dengan benar. Maka pelihara lah mimpi itu dengan baik, ucapkan kepada Tuhan
setiap kali saat kita berdoa, minimal Dia akan mendengar itu lima kali dalam
satu hari yang kita miliki. Setiap saat mimpi itu tenggelam atau pudar,
bangkitkan lagi. Karena hanya kitalah yang mampu membangkitkannya. Sebagaimana
kita yang membuatnya. Bangkitkan lagi mimpi itu seolah-olah kita baru
membuatnya. Mimpi itu tidak pernah habis masa berlakunya, hingga pada saat ia
telah terwujud atau Tuhan menggantinya dengan yang lebih baik.
Mungkin
kata-kata ini dapat diingat dan dimasukkan ke dalam hati sungguh-sungguh.
Tuhan
akan selalu sesuai dengan prasangka hambanya. Dia akan memberikan kemudahan dan
kemudahan pada suatu kesulitan. Yang mudah itu jauh lebih banyak daripada yang
sulit. Itu adalah janjiNya. Jangan pernah ragu dan setengah-setengah, berdoa
dan memintalah kepadaNya, Dia akan mengabulkan. Dia juga lebih mengetahui apa
yang terbaik untuk kita. Apa yang kita pikir baik belum tentu baik menurutNya dan
apa yang kita pikir buruk belum tentu buruk menurutNya. Dia lebih mengetahui
diri kita daripada diri kita sendiri. Mimpi adalah urusan aku dan Tuhanku
Jika
hari ini kita masih belum menjadi kenyataan dari mimpi kita yang kemarin, esok
kita akan tahu apa hikmah dari semua perjalanan ini. Tidak ada salahnya untuk
memperjuangkan mimpi yang lain kan?
Ihda
Husnayain
Jomin Street, 07/02