31 May 2014

Pre holiday sydromm..

Ya Allah,, ini efek kangen pra holidayy.. huftt, kangen bgt sama kluargaku ini, ga sabar pengen cepet libur dan pada kumpul lagi :))
SEMANGAT BANTAI UAS!







30 May 2014

Exo Hikers!!



Count down H-14 to mount Gede Pangrango, with Exogen!
Semoga gak wacana lagi ya Allah, bismillah ^({})^
My 36th of 100 my dreams :))

Pejuang dan Petualang

"Perpisahan adalah awal dari sebuah perjalanan yang baru. Mungkin kita akan melalui jalan lain yang setelahnya, bertemu dengan orang-orang yang awalnya asing, lalu menjadi sedekat air hujan dengan tanah.

Adakalanya dalam perjalanan itu tanpa sengaja kita menoleh lagi ke belakang, karena ada beberapa kerikil yang tersepak entah kaki siapa hingga ada di depan kita, atau karena ada beberapa helai daun yang terbang mengikuti angin seiring perjalanan kita..

Itu tak mengapa..

Atau kadang kita terluka selama perjalanan itu. Ada darah yang harus tertetes, air mata yang harus mengalir, keringat yang harus mengucur. Semuanya membuat kita semakin kuat, dan tak akan membuat kita mati. Lalu mengapa harus gemetar? Mengapa harus gentar?

Dan setiap perjalanan pasti menuju ke suatu tempat yang kita sebut dengan "rumah". Anggap saja perpisahan-perpisahan yang pernah kita alami adalah jembatan. Jembatan yang membawa kita lebih dekat menuju rumah.

Karena tanpa perjalanan, tak mungkin kita akan sampai di suatu tempat. Berdiam diri tak akan pernah membawa kaki kita ke depan pintu mana pun.

Teruslah berjalan, wahai pejuang dan petualang, juga orang-orang yang belum tiba di rumah. Ada rumah untuk setiap kita.

Ada pintu yang menanti kita untuk diketuk :)"


Subang, 25 Mei 2014
==========================================================================

Tulisan di atas adalah tulisan seorang teman yang selalu membuat aku sangat menghargai makna sebuah pertemuan dan perpisahan. Bukan hanya pertemuan dan perpisahan tapi juga perjalanan selama itu.

Pertemuan dan perpisahan yang tidak bisa aku lukiskan dengan lukisan bernuansa indah atau sedih, dan juga tidak bisa aku nyanyikan. Yang bisa hanya aku tulisan.. ya, tulisan adalah suara hati yang paling jujur dan paling mudah untuk diungkapkan.

Terima kasih atas keyakinan akan pertemuan kembali :)

Kita adalah pejuang dan petualang yang akan terus berjalan..


8 May 2014

When I feel down..


Kemarin rasanya hari-hari yang berat banget..
kacau gak karuan
banyak pekerjaan yang tak terselesaikan
futur

ternyata kesalahannya ada di <3
ruhiyahnya lagi bolong-bolong
tilawah gak selesai-selesai 1 juz
qiyamullail sering kesiangan
duha sering terlupakan dengan kesibukan
gak almatsurat karena terlalu lelah di petang hari
di pagi hari juga lupa berdzikir dan bersyukur
langsung melesat dengan kesibukan

pada akhirnya yang dirasakan hanyalah

kelelahan

kejenuhan

akhirnya..

aku putuskan untuk mendekat kembali


dan setelah beberapa hari,
ternyata Al-quran telah benar2 menyembuhkan semuanya

ringan

bahagia

optimis

terima kasih ya Rabb
Engkau masih anugrahkan hati yang mau terbuka
untuk menerima ketukan nurani
yang ingin kembali

ampuni aku yang telah lalai


2 May 2014

Memori,

Memori,

Hujan telah berhenti, menyisakan jalanan yang basah dan kembali memunculkan sinar matahari yang hangat. Kumandang adzan asar telah berlalu beberapa menit yang lalu, masjid kecil itu telah dipenuhi oleh santri-santri kecil yang telah selesai melaksanakan ibadah shalat asar mereka. 

Sore itu selepas asar, kaki kaki kecil berlarian keluar dari masjid tersebut. Bergegas kaki-kaki itu mencari tempat yang nyaman untuk membaca risalah illahi. Ada yang berpencar sendiri-sendiri, ada yang malingkar bersama teman-teman dan gurunya, satu hal yang akan mereka lakukan sore itu adalah, tahfidzul qur’an.

Memang, di lingkungan pesantren atau semacam sekolah islam terpadu yang menjunjung tinggi nilai-nilai islam dalam setiap kurikulum dan mata pelajaran yang terdapat di sana, tahfidzul qur’an juga merupakan kegiatan paling penting yang harus ada dalam sekolah tersebut. Tahfidzul qur’an bukan lagi sesuatu yang asing bagi mereka, anak-anak usia sekolah menengah pertama dan atas, mereka telah mahir dengan hafalan-hafalan qur’an mereka.

Setiap sore di sekolah itu, selalu ada agenda tahfidz atau menghafal alquran. Murid murid disana menghabiskan waktu sehabis subuh dan sehabis asar mereka untuk membaca, menghafal, dan mempelajari Alquran. Suasana yang nyaman di sekolah itu sangat mendukung kekhusyukan mereka dengan alquran. Sinar matahri sore yang hangat, angin sejuk yang menggerakkan padi-padi dan membuat suasana semakin mendamaikan. 
Saya ingat tatkala itu, disuatu saung di tengah sawah yang menghampar, tengah terlantun ayat suci Al-quran yang indah. Seakan ia terbawa lembut bersama hembusan angin sore di sana. Membuat siapapun yang mendengarnya merasa damai dan tenang. Sangat cocok dengan suasana alam yang begitu indah.

Entah kapan terkahir kali saya berada dalam memori itu. Melakukan amalan yang mungkin tidak semua orang berkesempaan untuk melakukannya. Melakukan interaksi dengan Al-quran setiap harinya, menghafal dan menyetor hafalan kepada sang guru tahfdz. Sambil menunggu antrian setoran, sesekali saya menghafal, sesekali saya menikmati pemandangan alam yang terhampar di depan mata. Gunung yang tinggi, sawah yang menghampar, jalanan yang basah, serta kicauan burung yang tengah sibuk berterbangan kesana-kemari.

Saya rindu.Saya rindu bukan hanya rindu pada memori itu. Tapi saya rindu untuk menyempatkan diri duduk berdua dengan alquran di setiap sore yang indah. Saya rindu terbangun di pagi hari dan langsung memiliki kewajiban untuk menyetorkan hafalan Alquran yang saya miliki.

Sudah dua tahun setelah saya lulus dari sekolah itu, selama enam tahun di sana, rutinitas menghafal alquran disana menjadi hal biasa. Dulu mungkin saya seringkali merasa bosan atau berat, apalagi jika belum mempersiapkan apapun untuk disetorkan, seringkali saya mendapat antrian terakhir dan akhirnya saya pun kebagian pulang terakhir. Namun sekarang, saya merasa amat rindu dengan itu semua. Saya ingin mengembalikan rutinitas saya tersebut. Ditengah kesibukan yang lebih dahyat daripada sewaktu sekolah dulu, saya ingin merebut waktu-waktu emas tersebut. Sulit memang, tapi ini harus dipaksakan. Jika tidak, saya hanya akan menyesal nanti.

Bismillah, semoga teman-teman seperjuangan saya dari kampus peradaban pun dapat melakukan hal yang sama. Mengembalikan memori-memori bersama Al-quran dan InsyaAllah dengan Al-quran pula kami dipertemukan lagi kelak. Aamin ya Rabbal’alamin

Meraih mimpi itu seperti mendaki gunung

Sedikit cerita ketika di tahun 2013, saya ingin sekali merasakan pengalaman naik gunung sungguhan. Saat itu saya baru semester pertama di ka...